Satu Mentari Wanita Suci

Aku hanyalah seorang marbot, pekerjaanku sehari adalah tiga M (mengepel, mengaji dan membersihkan) masjid. Ya,..maklum, karena aku tidak ada uang untuk kost.Takmir sebutan tenar bagi orang yang tinggal di masjid, padahalmarbot menurutku lebih keren. Waktu itu, ketika ada acara seminar aku mengisi daftar hadir disana tertulis nama dan pekerjaan lalu kutulis pekerjaanku marbot. Penunggu daftar hadir bertanya padaku “mas, marbot itu apa?’ lalu kataku “biasa, tukang betulin robot”. Dalam hatiku berkata “itu robot sanyo yang di mesjid, airnya sering macet’.

Hari Sabtu sehabis ashar aku duduk di serambi mesjid, sambil melihat kepekarangan dalam hati ku berkata “andai aku punya pacar mungkin takan kesepian seperti ini”. Ya, rasanya hidup ini hambar tanpa seorang kekasih, bagai sayur tanpa garam menurut para penyair, padahal tanpa garampun rasanya enak, karena sudah ada masako. Bagai masjid yang tertimpa bulan aku melihat sosok yang ayu naik kelantai dua masjid, hatiku berkata “subhanallah”.

Ya mungkin ia guru ngaji yang akan mengajar anak-anak TPA, sore beginikan biasanya anak-anak pergi mengaji. Ah,..lebih baik aku melamun lagi, meneruskan kehidupanku dalam dunia maya atau khayalan yang tidak banyak menyakiti orang lain, tidak seperti kehidupan politik yang kawan kadang menjadi lawan atau sebaliknya. Lho,..kok sepi,…aku tersadar kenapa tidak ada anak-anak mengaji,..oh..iya aku baru tersadar,..ini kan hari Sabtu, hari ini anak-anak kan libur mengaji. Lalu,…kenapa teteh itu ada di atas????

Entah karena kasian atau ingin cari perhatian aku naik ke atas, dengan berniat menjadi pahlawan tanpa tanda jasa padahal kesiangan. Dalam hati berkata “kasian guru ini mungkin dia lupa ini hari libur” atau baru bangun tidur, karena kata orang tua dulu “jangan tidur sehabis ashar pamali (tidak boleh/terlarang). Lalu, kudekati teteh itu, tapi langkahku terhenti karena terpesona melihat wajah baru kali ini aku lihatSubhanalloh (ini wanita atau bidadari), tapi aku yakin ini bukan bidadari yang turun dari angkot yang biasa aku lihat di pasar subuh. Sambil memengang Al-Qur’an Suci, rupanya ia sedang mengaji dan aku beranikan langkahku sedikit-demi sedikit, sedetik demi sedetik. “Assalamualaikum teh”pertama aku yang menyapa….kemudian iapun menjawab sambil menutup dan memberi tanda pada Al-Qur’an yang telah ia baca “Walaikumsalam” suaranya mirip anak kecil yang berumur 10 tahun indah, polos tanpa dosa, tapi aku yakin ia lebih senior dari pada aku. “Anu, teh inikan hari Sabtu, anak-anak mengajikan libur hari ini’ kataku mengawali kalimat dengan suara gemetar dan tidak berani menatap matanya. Ia pun menjawab “oh, saya mau mengajar les di rumah pa Tendi, sebentar lagi”. ‘Oh, maaf kataku”, akupun berlalu sambil menyimpan rasa malu karena sok tahu padahal memang kenyataanya seperti itu.

Sorepun berganti malam, rasanya hari tadi begitu melelahkan, aku berpikir ternyata baru kerja seperti ini saja sudah capeknya minta ampun, padahal orang tuaku bekerja siang dan malam banting-tulang tidak pernah pulang dan berkata capek. Aku suka heran ketika duduk di bangku SD istilah banting-tulang diajarkan oleh guruku waktu itu, aku tidak mengerti apa orang tuaku mengeluarkan tulang-tulangnya dulu lalu membantingnya!!!!!!!!!!. Akupun naik kekamarku yang posisinya di lantai dua masjid, aku mencoba memejamkan mata, tapi perjuanganku sia-sia karena mataku tidak mau terpejam, pikiranku terbang pada sosok teteh sore yang berkacamata dan berjilbab hijau. Lalu, aku pegang telingaku karena bising oleh detak jantungku yang lebih keras dari biasanya. Kenapa aku ya, mungkin kah ini yang dinamakan……

Akupun beranjak pergi, menuju sebuah lemari yang aku penuhi dengan buku-buku yang kubeli dengan hasil menabung dan mengurangi jatah makanku. Kucari-cari tema tentang cinta lalu aku kumpulkan buku tersebut, aku baca tema-tema yang pentingnya saja, karena jika kubaca semuanya mungkin tiga akan habis tiga hari (saking tebalnya). “Cinta” menurut salah seorang pendapat ulama Turki yakni Harun Yahya pada hakikatnya adalah fitrah atau suci dan setiap manusia pasti memiliki rasa cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Share This